Setelah kemenangan di Nicopolis tahun 1396 M, Yildrim Sultan Bayazid Khan mengkonsolidasikan wilayah Ottoman di kawasan Danube Selatan. Karena terbukti membantu pasukan crusade, maka penguasa Bulgaria terakhir Sratsimir dari Vidin, diturunkan. Dan wilayahnya langsung diintegrasikan dengan Ottoman. Mungkin saat itu Raja Sigismund dari Hungaria sedang berharap-harap cemas. Karena bisa jadi wilayah Hungaria sedang menunggu giliran. Namun pada tahun 1397 M, Bayazid bersama pasukannya kembali ke Anatolia. Hal ini dipicu oleh tindakan Emir Karaman, Alauddin, yang mengambil kesempatan ketika Bayazid sedang berperang di Nicopolis, menyerang dan memenjarakan Gubernur Bayazid di Anatolia.

Oleh karena itu, begitu pulang ke Anatolia, Bayazid segera menginvasi Karaman dan menduduki Konya dan tidak segan-segan mengeksekusi Alauddin meskipun dia adalah saudara iparnya sendiri. Ketika Bayazid bersama pasukanya bergerak ke selatan dan mengepung Larende, janda Alaeddin yang merupakan adiknya, memerintahkan garnisun kota itu untuk membuka gerbang bagi Bayazid. Dengan kematian Alauddin dan pemindahan jandanya ke Bursa, otomatis Karaman menjadi wilayah Ottoman.

Agaknya peristiwa ini membuat Bayazid mengambil kebijakan untuk menyatukan seluruh Anatolia di bawah kekuasaannya. Bayazid tidak mau kejadian ini terulang kembali, bila sewaktu-waktu ia tidak berada di Anatolia, para Bey yang tidak terintegrasi ke wilayahnya akan mengambil kesempatan untuk menginvasi wilayah kekuasaannya.

Apa lagi Khalifah di Kairo sudah mengesahkan Bayazid sebagai Sultan Rum, sehingga legalitas Bayazid menjadi kuat.

Maka pada tahun 1398 M, Bayazid menginvasi Sivas di daerah Anatolia timur yang saat itu dipimpin oleh Burhannuddin. Penguasa Sivas, itu diusir dari wilayah kekuasaannya dan setelah kematian Burhannudin, wilayah Sivas diintegrasikan kedalam wilayah Ottoman. Segera setelah itu, sekitar tahun 1399, dia menaklukan Malatya yang terletak di sebelah timur Sivas, sehingga wilayahnya berbatasan dengan Kesultatanan Mamluk Mesir. Pada 1401, ia telah maju di sepanjang Hulu lembah Eufrat untuk mengambil alih wilayah Erzincan. Maka untuk pertama kalinya setelah sekian lama wilayah Anatolia dipersatukan kembali oleh Bayazid.

Hanya saja, gerakan Bazayid di Anatolia timur ini ternyata memiliki konsekuensi yang fatal. Masalahnya Sivas merupakan Vassal dari Sang Penjinak Dunia, Timur Lenk. Saat itu Timur Leng sedang dalam masa kejayaannya. Negaranya merupakan Adi Daya dunia saat itu.

Timur yang lahir pada tahun 1336 M itu, pada tahun 1370 M, telah menguasai hampir seluruh Asia Tengah dan sejak saat itu menyerbu daerah-daerah tetangganya untuk ditaklukan. Pada Tahun 1378, ia menolong Tokhtamish untuk menaiki tahta Gerombolan Emas. Lalu pada tahun 1381 M, ia menyerbu sisa kawasan Asia Tengah yang belum dia kuasai, dan kemudian menaklukan kawasan Persia pada tahun 1386 M. Hampir keseluruhan Kaukasus berada di bawah kekuasaannya dalam tiga tahun.

Meniru Jengis Khan, serbuan Timur didasari pada teror: setiap kota yang mencoba melawan akan diluluhlantakkan dan penduduknya dibantai atau diperbudak. Menara-menara tengkorak didirikan untuk mencegah segala bentuk perlawanan. Dengan merebut Kaukasus, daerah kekuasaan Timur pun bertetangga dengan Gerombolan Emas dan konflik dengan Tokhtamysh tidak terhindarkan. Antara 1391 dan 1395, Tokhtamysh dikalahkan dua kali dan kehilangan kekuasaannya. Selain itu daerah Irak dan India (1398-1399 M) juga tidak luput dari serangannya.

Itulah sekelumit profil Timur lenk, seorang penguasa Adi daya saat itu yang berbenturan dengan Bayazid. Sayangnya benturan ini tidak disikapi Bayazid dengan diplomasi yang soft. Apa lagi para beylik-beylik yang telah dikalahkan oleh Bayazid melarikan diri kepada Timur Lenk, untuk meminta perlindungan dan bantuan. Sementara para pemimpin yang dikalahkan oleh Timur Lenk di Iran dan Irak berlindung kepada Bayazid.

Maka terjadilah saling mengirim utusan dan surat-menyurat antara kedua pemimpin itu, guna menyelesaikan benturan ini. Hanya saja melihat dari nada masing-masing surat itu, agaknya perang tidak bisa dihindari. Salah satu surat Timur berisi, “Bijaklah dan tobatlah, hindari pembalasan dari kami, engkau tidak lebih dari seekor semut, jangan memancing gajah atau engkau akan diinjak.” Dan Bayazid malah membalas, “Jika aku lari dari pasukanmu, semoga semua istriku menceraikanku, tapi jika engkau berani lari dari pasukanku, semoga semua istrimu menjadi milik orang lain.”

Kebijakan yang diambil Bayazid yang tidak mengukur dalamnya lautan dan tingginya langit ini, sangat berbeda dengan Erdogan dimasa kini. Meskipun berhadapan musuh dari luar dan dalam negeri. Erdogan mampu membaca kekuatan lawan dan bisa mengambil kebijakan yang tidak merugikan negaranya tanpa harus kehilangan marwahnya.

Memang saat itu Kesultanan Mamluk Mesir bisa dijadikan sekutu untuk menghadapi Timur Leng. Cuma sayang, saat itu telah terjadi suksesi kepemimpinan di Mesir yang diwarnai dengan chaos. Karena Sultan Faraj (1399-1405 M)yang menggantikan Sultan Barquq (1382-1389 dan 1390-1399 M) usianya baru 13 tahun. Ditambah lagi adanya wabah penyakit dan kelaparan yang melanda di negeri itu. Saya tidak tahu apakah Bayazid memperhitungkan situasi ini.

Bagaimanakah hasil akhir dari benturan ini? Karena kalau diceritakan, tulisan ini menjadi panjang, maka dengan terpaksa : BERSAMBUNG…..

Sebuah catatan dari Fetih Sutan Wassito

Sumber :

Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Usmaniyah karya Prof. Dr. Ali Muhammad As Shalabi

Ottoman Empire karya Collin Imber
Timur Leng karya Justin Marrozi