Pasca Perang Kosovo, Dengan hampir keseluruhan Balkan berada di bawah kekuasaannya, Sultan Bayazid (1389-1402) mencoba menaklukkan Anatolia tenggara dan membawa pasukannya ke sana.

Ternyata keadaan ini dimanfaatkan oleh Pangeran Wallachia, Mircea I (1386-1418 M), dan Raja Hungaria, Sigismund I (1387-1437 M), untuk merebut Nicopolis yang strategis di tepi Sungai Danube pada tahun 1392 M, sekaligus mengembalikan kekuasaan Kepangeranan Bulgaria di Tarnovo.

Namun, Bayazid meraih kemenangan cepat dalam penaklukan Beylik-beylik Turki di Anatolia dan pada 1393, ia merebut kembali wilayah-wilayah yang hilang dan bahkan mulai melakukan serbuan ke Wallachia.

Gerak cepat yang dilakukan Bayazid dan pasukannya yang bolak-balik antara Anatolia dan Eropa, menyebabkan ia dijuluki Yildrim, Sang Kilat. Dalam bahasa inggris : Thunder Bolt. Nicopolis direbut kembali dengan segera.

Meskipun Mircea memenangkan peperangan menghadapi Bayazid pada 1395 di Rovine, Raja Hungaria menyadarai bahwa dia perlu tambahan pasukan untuk menghentikan serangan Ottoman. Maka ia ia menyerukan gerakan Crusade. Agaknya ia belajar dari masa silam, ketika gerak kesultanan Seljuk terhadap Anatolia dapat dihentikan dengan gerakan Crusade sekitar abad ke-11.
Hanya saja situasinya agak berbeda dibanding masa lalu. Di masa Sigismund, antara Inggris dan Perancis terlibat Perang 100 tahun, yang ternyata juga melibatkan Negara-negara tetangga mereka. Selain itu Tahta Kepausan ternyata terpecah 2, satu berkedudukan di Roma, satunya lagi di Avignon.

Tapi untunglah antara Prancis dan Inggris terjadi persetujuan gencatan senjata beberapa tahun. Juga ternyata kedua Paus mendukung gerakan Crusade. Maka dibentuklah kontingen pasukan Crusade yang didukung oleh Raja Inggris dan Prancis, serta bangsawan feodal terbesar Prancis, Duke Burgundi, yaitu Phillip II.

Burgundi yang merupakan inti dari Pasukan Crusade dipimpin oleh anak laki-laki Duke tersebut, yaitu Pangeran Never bernama Jean. Karena Jean masih muda, maka Phillip juga menyertakan sejumlah panglima berpengalaman untuk membantu putranya itu.
Ksatria Hospitaller, angkatan laut Venezia dan Genoa, serta sejumlah kecil ksatria dari Inggris, Aragon, Polandia, Bohemia, Imperium Romawi Suci, dan Ordo Teutonik, juga ikut bergabung.

Mayoritas Pasukan Crusade tiba di Kota Regensberg pada April 1396,dengan maksud menyusuri Sungai Danube menuju kota Buda yang merupakan ibu kota KErajaan Hungaria. Pada bulan Juli, mereka tiba di kota itu dan Sigismund pun ikut bergabung. Melihat besarnya jumlah pasukan itu, Sigismund sempat sesumbar :’Bila langit runtuh, maka kami akan menopangnya dengan tombak-tombak kami.’

Kelompok kedua, terdiri dari Hospitaller, angkatan laut Venezia dan Genoa, berkumpul di Rhodes memasuki Laut Hitam, lalu masuk ke Danube menuju hulu. Pada bulan September, Pasukan Crusade masuk Bulgaria dan tiba di Kota Vidin. Pemimpin kota ini adalah vasal Sultan, tetapi saat tibanya Pasukan Crusade, ia membuka gerbang kota dan mengizinkan Pasukan Crusade untuk membantai garnisun Ottoman yang berjumlah sedikit.

Pasukan Crusade kemudian pergi menuju Oryahovo. Penduduk dan garnisun lokal mengajukan penyerahan diri pada Sigismund dan disetujui, tetapi Pasukan Crusade berkhianat. Ratusan penduduk Muslim dan Ortodoks dibantai, dan setidaknya ribuan ditawan.

Tanggal 8 September, armada yang dipimpin oleh Hospitaller tiba di Nicopolis. Dua hari kemudian, Pasukan Crusade memulai pengepungan. Karena dinding benteng baru saja diperkuat, ditambah kurangnya peralatan pengepungan, Pasukan Crusade memilih untuk memblokade kota dengan tujuan memaksa Bayazid untuk menyerang mereka.

Saat itu Sultan Bayazid sedang mengepung Kota Konstantinopel. Begitu mendapat kabar tentang pergerakan Crusader atas Nicopolis, ia memutuskan meninggalkan pengepungan dan mulai bergerak ke utara. Sultan mengirim pesan kepada vasal utama sekaligus iparnya, Stefan Lazarevic, untuk segera berangkat ke Bulgaria. Namun sebelum melepaskan kepungan terhadap Konstantinopel, Sultan Bayazid mampu menekan kekaisaran Byzantium agar bisa menempatkan qadhi di Konstantinople yang bertugas memutuskan perkara yang terjadi antara kaum Muslim. Kaisar juga menerima pembentukan mahkamah Islam, pembangunan masjid, pembangunan 700 rumah khusus untuk kaum Muslimin didalam kota. Kaisar juga menyerahkan separuh desa Ghalthah yang menjadi tameng Ottoman karena didalamnya ada 6.000 tentara. Upeti yang harus diserahkan oleh Byzantium juga dinaikkan. Kas negara pemerintahan Ottoman mewajibkan untuk menyetorkan kurma, dan sayur-sayuran yang berada di luar kota. Tempat-tempat adzan kini berada di ibu kota Byzantium.

Tanggal 24 September, Bayezid dan Stefan telah tiba di Nicopolis. Berbagai sumber dari masa tersebut memberikan perkiraan jumlah pasukan yang berbeda-beda dan kadang terlalu fantastis. Sejumlah sumber mengatakan, jumlah mereka ratusan ribu. Namun, penulisan sejarah modern memberikan angka yang lebih masuk akal. Di satu pihak, Sigismund kemungkinan hanya mengerahkan sebagian pasukannya. Inti Pasukan Crusade berasal dari Prancis. Kontingen Eropa lainnya jauh lebih kecil daripada kontingen Burgundi. Dengan mempertimbangkan data-data ini, 20.000-25.000 tampaknya merupakan jumlah maksimum Pasukan Crusade.

Sementara itu, pihak Ottoman juga telah kehilangan banyak prajuritnya dalam Pertempuran Kosovo, kurang 10 tahun yang lalu, dan Bayezid kemungkinan masih menyisakan pasukan di Anatolia karena situasi di sana masih belum stabil. Jadi, bahkan jika dihitung dengan vasal Balkannya, Bayezid kemungkinan memiliki jumlah pasukan yang sama dengan Pasukan Crusade.

Dikisahkan bahwa pada 24 September, Pasukan Crusade berhasil menyergap sejumlah kecil pengintai musuh lalu mengalahkannya, dan hal ini membuat mereka makin percaya diri. Mereka juga membantai para tawanan yang mereka dapatkan pada masa awal perang.

Namun ternyata tidak ada persatuan dalam kemah mereka. Hal ini terlihat ketika diadakan rapat Dewan perang sebelum pertempuran dimulai. Dalam rapat itu, Raja Sigismund yang sudah tidak asing dengan gaya peperangan usmani, menyarankan agar pasukan Perancis untuk menahan diri, sementara pasukan infanterinya menyerang pasukan garda depan musuh, dan kemudian barulah kavaleri perancis menyerang setelahnya. Dia pun tidak ingin sekutunya bergerak terlalu cepat dari posisi bertahannya yang bagus. Namun, pasukan perancis dan pasukan Burgundy, yang lapar oleh kehormatan memimpin serangan pertama, tersinggung dengan saran ini. Mereka menganggap hal ini meremehkan kemampuan perangnya dan oleh karena itu mereka tidak mau terjun kedalam medan pertempuran dibelakang orang orang yang mereka anggap sebagai petani biasa. Mereka malah berprasangka bahwa Raja Sigismund ingin memiliki kemenangan perang ini untuk dirinya sendiri.

Raja Sigismund yang gagal membujuk pasukan Perancis, lalu meminta mereka untuk setidaknya menyerang perlahan sehingga pasukan Sigismund bisa memberi dukungan. Namun mereka tidak peduli, maka pada tanggal 25, pasukan Burgundi langsung memacu kuda mereka untuk menyerang.
Bayazid meletakkan pemanahnya di tengah, di atas lereng sebuah bukit, dengan kavaleri akinji di depan mereka, dengan harapan kavaleri ringan ini bisa memancing Pasukan Crusade untuk bergerak mendekati pemanah yang juga dilindungi dengan pagar kayu. Sipahi Anatolia di sayap kiri, sedangkan sipahi Balkan di sayap kanan. Di baris kedua, Sultan menempatkan Janissari, sisa dari sipahi, dan kavaleri Stefan dari Serbia.
Pasukan Burgundi melihat akinji, lalu menyerang dengan pikiran, akinji adalah pasukan utama Ottoman. Sayangnya, akinji jauh lebih cepat dan mulai memancing Pasukan Crusade mendekati bagian tengah Ottoman, sembari menembakkan panah. Akinji berhasil menghindari serbuan kavaleri berat Burgundi, lalu mundur ke sayap. Sementara Pasukan Crusade terus maju ke arah bukit dan dihujani lagi dengan anak panah. Meskipun para ksatria itu berzirah tebal dan melindungi mereka dari panah, kuda-kuda mereka terluka atau terbunuh.

Akibatnya setengah dari pasukan Burgundi kehilangan kudanya atau turun dari tunggangan untuk membuka pagar kayu. Setelah barikade dihancurkan, Pasukan Crusade menyerang pemanah Ottoman yang hampir semuanya tidak berzirah dan bersenjata ringan. Akibatnya, para pemanah dengan segera dikalahkan dan mundur ke atas bukit.
Saat itu, sekelompok kecil sipahi turun untuk menyerang pasukan crusade secara frontal. Namun mereka mundur tidak lama kemudian. Pasukan Crusade yang berusia muda mulai merayakan kemenangan ini dan tidak mendengarkan nasihat senior mereka agar beristirahat dan menunggu sisa badan pasukan yang belum tiba.

Jean dan rekan-rekan ksatrianya sangat yakin mereka telah menang dan hanya butuh mengejar Sultan. Maka, mereka lanjut naik ke atas bukit.

Dengan demikian Sultan Bayazid seolah-olah mendapatkan durian runtuh. Pasukan crusade yang kelelahan akibat serangan mereka, dan bermandikan keringat dibawah pakaian besinya yang berat, menemukan bahwa pasukan besar kavaleri berat bayazid sedang menunggu mereka diatas bukit. Lebih buruk lagi, pasukan utama Hungaria masih terlalu jauh dibelakang untuk memberikan bantuan.

Maka begitu Sultan Bayazid memberikan perintah menyerang, pasukan Sipahi Bayazid mengeluarkan teriakan menyeramkan, derap kuda bergemuruh diseluruh daratan itu, dan ksatia perancis yang tidak terorganisir dan kalut dibantai. Mereka diserang oleh sipahi dari dua sayap serta Bayezid dengan Janissarinya dari depan.

. “Suara terompet membahana kelangit”, tulis penyair turki, yusfi Meddah. “Dentangan pedang terdengar diatas kepala. Kibasan pedang diayunkan tanpa ampun. Para ksatria tangguh, dengan tongkatnya, menimbulkan suara benturan keras saat bertarung. Panah berhamburan bagai hujan dan ksatria berusaha menangkis panah. Sementara para pengecut berusaha melarikan diri. Enam kali panji pasukan Crusade dijatuhkan dan enam kali ditegakkan kembali, Namun tekanan dari pasukan usmani terlalu hebat. Ketika Admiral de Vienne, menyemangati pasukan crusadenya dibawah panji , terbunuh, ksatria perancis pun menyerah.

Raja Sigismund yang baru tiba di kaki bukit mempercepat langkah mereka untuk melepas kepungan musuh. Sayangnya, pasukannya diserang oleh akinji dan pemanah yang mundur di awal-awal pertempuran tadi. Sekarang, keseluruhan Pasukan Crusade dikepung.

Satuan-satuan Wallachia dan Transylvania berhasil memecah kepungan, tapi mereka kemudian melarikan diri karena pimpinan mereka menganggap lebih bijak untuk menyelamatkan prajurit mereka. Namun hal ini masih memberikan Sigismund tambahan ruang untuk manuver, bahkan ia hampir memutar balik keadaan. Sayangnya, Bayezid masih memiliki satu unit lagi yang masih segar. Ksatria-ksatria Serbia dengan komando dari Stefan maju menyerang sayap Pasukan Crusade. Serangan ini mengakibatkan pelarian diri massal. Dan karena Pasukan Burgundi terbunuh atau tertawan, tidak ada yang menghalangi Sultan untuk mengerahkan kavaleri ringannya untuk mengejar musuh yang kabur.

Raja Sigismund berhasil melarikan diri dengan menyeberangi sungai Danube, tempat dia naik kapal. “Kita kalah perang berkat kesombongan dan keangkuhan pasukan perancis. Jika meraka mempercayai nasihatku, kita akan memiliki cukup banyak orang untuk memerangi musuh kita.” Begitu katanya.

Mayoritas Pasukan Crusade tewas. Sumber-sumber Ottoman mengatakan, Bayazid murka mendengar Pasukan Crusade telah membunuh tawanan mereka. Maka untuk pertama kalinya dalam sejarah Ottoman, Sultan memerintahkan eksekusi semua tawanan.
Setidaknya, ribuan tawanan dieksekusi mati, sisanya diperbudak. Hanya segelintir bangsawan yang diizinkan untuk menebus diri mereka. Demikian akhir salah satu Perang Crusade terakhir.

Sementara bagi Bayazid, kemenangan ini mengokohkan reputasinya dalam Dunia Islam. Maka ketika Ia mengklaim sebagai Sultan Rum, gelar ini akhirnya disahkan kepadanya oleh Khalifah Al Mutawakil I (1389-1406 M) yang berkedudukan di Kairo. Dengan adanya pengesahan ini maka dia memiliki legalitas dan akan semakin kuat wibawa dan posisinya didunia Islam. Banyak orang-orang yang hijrah ke Anatolia dan mengabdi kepada Kesultanan Ottoman.

Sebuah catatan dari Fetih Sutan Wassito

Sumber :
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Usmaniyah karya Prof. Dr. Ali Muhammad As Shalabi
Ottoman Empire karya Collin Imber
https://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Nicopolis
Timur Leng karya Justin Marrozi